Oleh : Ahmad Fauzi Ramdani
Sore ini aku buru-buru pulang karena teringat dengan tugas Makalah kuliahku yang belum ku kerjakan, sedangkan besok tugasnya harus serahkan beserta Persentasinya, Meskipun ini tugas kelompok, tetapi teaman-teman yang lain dikelompoku tidak ada yang bisa ku andalkan, malah teman-teman yang lain beralasan ada acara dulu ke rumah atau keksosan teman mereka masing-masing. Apa boleh buat aku pun terus mengencangkan jalanku karena mengingat jarak kosanku yang cukup jauh dari kampus, aku sengaja mencari tempat yang jauh dari kampus yang ramaian apalagi dengan kemacetan jalan yang sering terjadi didekat kampus yang membuat nafasku seslalu sesak, maklumlah dari kecil aku sudah punya penyakit asma dan saat ini asmaku semakin kronis. Hari aku pulang dengan berjalan kaki karena tadi pagi ku tak menggunakan Motor dikarenakan berangkat bareng dengan teman sekelasku Randy sekalian buat ngirit bensin, pikirku tadinya.
Setelah beberapa ku berjalan akhirnya aku sampai dikosan, aku pun bergegas untuk mengambil air wudhu dan shalat, baru sehabis itu aku langsung mencari makan untuk mengaganjal perutku yang dari sore sudah teramat lapar, seusai makan kemudian ku buka laptoku dan mencari beberapa buku untuk ku jadikan referensi, sedang sisa isinya ku coba cari di blog untuk mempercepat tugasku agar cepat selesai, karena badanku yang sudah lelah, akibat tadi pagi sebelum kuliah aku beserta anak-anak sekelas pergi latihan Basket di Auditorium Kampus yang juga merupakan lapangan Basket. Hampir 2 jam ku kerjakan tugas, namun tugasku baru sebagian sub judul makalah yang ku kerjakan, ditambah mataku yang telah lelah sepertinya meminta untuk dipejamkan, aku pun pergi ke kamar mandi untuk memasuh muka dan mengambil segelas air minum untuk sedikit menyegarkan mataku, aku pun kembali bertarung dengan tugasku yang ingin cepat-cepat kuselesaikan agar bisa sesegera beristirahat.
Tetapi,,, tak lama setelah ku melanjutkan pekerjaan ku, terdengar Hp ku yang berada di saku celana yang ku gantungkan bergetar, aku pun bangkit dan lekas mengambilnya. Saat kulihat siapa yang menelpon, ternya itu adalah Rina teman dari Pacarku Mila yang pernah dia kenalkan kepadaku, dan Rina juga merupakan teman baik Mila, Rina bisa disebut sahabat karibnya Mila dari semester satu karena satu jurusan, bahkan kosan mereka juga saat ini berbarengan. Rina juga merupakan teman diskusi ku dikampus dengan Mila, meskipun aku berbeda Fakultas dengan mereka,.
Lalu ku angkat telpon itu dan terdengar suara Rina dibalik telpon tersebut,
“Haloo..rangga?” katanya dengan suara parau. “Ia ada apa rin?” Jawabku. “Ga, kamu lagi dimana sekarang? Bisa kesini sekarang ga?” Tanya Rina lagi. “Kesini kemana Maksud kamu?, emang ada apa?” sahutku dengan penuh keingin tahuan. “gini Ga, tapi kamu kesini dulu aja, ntar aku jelasin. ini tentang Mila” Jawab Rina. “Milaa??? Emang Mila kenapa Rin? Ada apa dengan Mila?” balik ku bertanya dengan serius. “Mila kecelakaan ga,,,!!” jawab Rina lagi. “apa?? kok bisa??” tanyaku lagi pada Rina dengan penuh ketidak percayaan atas apa yang terjadi. “Udah ga, jangan banyak tanya sekarang kamu kesini aja, aku lagi di Rumah Sakit Al-Islam, Mila lagi kritis”.. jawab Rina.
Hpku langsung ku matikan meski terdengar suara Rina berkata “Halloo ga”, kulangsung mengambil kunci dan helm tanpa menghirauksn kerjaanku. Aku pun bergegas menyalakan motor dan langsung tancap gas ke menuju Rumah Sakit. Tetapi setelah baru keluar dari jalan kosanku menuju jalan raya Sukarno-Hatta keadaan jalan saat itu macet padahal sudah hampir jam 9 malam, dan ini tak seperti bisaanya. Perasaanku bercampur, bukan hanya sedih mendengar orang yang kusayangi terkena musibah, tetapi hatiku juga bercampur kesal karena keadaan jalan yang seperinya tak mendukungku, “mungkin alloh sedang mengujiku” gumamku dalam hati. Sudah tiga perempat jam lebih aku terjebak macet, dan jarakku hanya bertambah beberapa meter. Hatikupun kembali seperti berkata “bodoh,, kenapa aku tidak berputar saja agar lebih cepat”… tetapi saying, saat itu aku sudah tak bisa untuk memutar balik karena sudah terjebak ditengah-tengah kemacetan ditambah asap kenalpot yang membuat nafasku sedikit sesak. Kemudian kudengar lagi Hpku berbunyi, kuambil dari saku Jaketku dan kulihat ternyata sebuah sms masuk dari Rina, lalu kubaca “ga, km msh dmn skrg? Cptn ga”. Akupun membalas sms itu “ia rin, ini lg di Ushain soalnya mcet” Rina pun membalas kembali sms ku “Ia ga pkonya cptan”. “ia” balasku.
Setelah beberapa meter terlepas dari kemacetan dari lampu merah gede-bage, akupun langsung kembali menancap gas motorku agar cepat sampai dan ingin segera bisa melihat keadaan Mila… namun sayang baru kulihat Plang Rumah Sakit Al-Islam ternyata disana juga sedang macet, mungkin karena banyaknya keluar masuk pasien atau penjenguk atau karena tukang angkot yang lagi ngetem… “hah benar-benar kesabaranku sedang di uji, padahal Rumah Sakit hanya tinggal beberapa meter lagi, tetapi kenapa harus macet” gumamku lagi dalam hati..
Akhirnya ku sampai ke rumah Sakit,dan langsung ku Parkirkan Motorku dan bergegas lari ke ruang Resepcionis untuk menanyakan ruangan Mila. “Mbak, Maaf kalo kamarnya Mila yang baru masuk sekitar jam 7 malam ini sebelah mana ya Mbak??” Tanyaku pada seorang Resepcionis wanita Rumah Sakit. “Mila apa Mas lengkapnya?” Tanya Rcepcionis. “Mila Maratusshalihat, ada Mbak?” jawabku. “oh… ia ini ada Mas, dia ada di Kamar Angrek no 8” Jawab Recepcionis tersebut. Aku pun kembali bergegas mencari kamar yang dimaksud, setelah ku temukan kamar tersebut, akupun langsung masuk. Tapi.., apa yang kulihat? ternyata saat ku lihat kedalam kamar tersebut kosong, dan hanya ada seorang suster yang sedang merapihkan kamar tersebut.
“ah mungkin ku salah kamar” tanyaku dalam hati. Aku pun mencoba menegaskan dengan bertanya kepada suster tersebut
“Sus, ini kamar anggrek no 8, bukan?” tanyaku.
“Ia Mas benar. Ada yang bias saya bantu?” jawab Suster.
“gini Sus, tadi kata Resepsionis kamar ini di isi sama pasien yang bernama Mila, tapi kok ga ada ya Sus?” tanyaku dengan penuh keheranan.
“Oh, ia Mas emang tadi ada tapi sudah dipindahkan” jawab suster sembari seperti ada yang ditahan.
”kemana ya Sus?” tanyaku lagi dengan memotong.
Baru Resepcionis tersebut berkata “Ke….”
Kudengar Hpku kembali berdering dan tanpa kulihat langsung saja ku angkat karena kurasa ini Rina lagi, akupun langsung bertanya “Rin, Sekarang Mila dimana? Kata suster barusan Mila dipindah” Tanyaku. “Ga… Milaaaa….” Terdengar suara seperti bersedih yang amat dalam dari suara Rina. “Mila? Mila kenapa Rin? Sekarang Milanya dimana? Ayoo cepat jawab Rin!!” tanyaku dengan suara agak tinggi. “Mila… Mila… udah gak ada ga” jawab Rina. “Ia memang Mila udah ga ada di kamarnya, kata susternya sih dipindahin” sahutku. “bukan Itu ga, tapi Milaa…. Mila udah ga ada, Mila udah pergi buat selama-lamanya”.
Daaaaaaaarrr… seperti petir disiang bolong mendengar sesuatu yang tak pernah ingin kita dengar, dan ini terjadi pada orang yang kita sayang ternyata pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya.
“Kamu serius rin??” Tanyaku dengan tidak percaya.
“Ia ga,,,” Jawab Rina
Mungkin karena mendengar pembicaraanku, suster tersebut lalu berkata “Maaf Mas, tadi pasien yang dirawat disini sudah tidak bisa tertolong lagi, sekarang dia dipindahin ke kamar mayat di ujung koridor sebelah kiri.” Aku pun langsung kembali berlari dan mencari tempat yang dimaksud, sambil berharap apa yang terjadi tidak benar-benar terjadi. Setelah kutemukan tempat yang dimaksud kulihat Rina bersama Ibunda Mila sedang duduk didepan Kamar Mayat, terlihat mereka bersedih dan mengucurkan Air mata. Kaki ku pun yang tadinya berlari mulai melambat melihat kesedihan dari mereka berdua, lalu aku langsung bertanya dimana Mila. “Tante, Mila dimana?” tanyaku. “Mila, Mila didalam rangga” jawab ibunda Mila dengan bertambah sedih. Akupun ingin segera masuk untuk melihat Mila, tetapi aku mencoba kembali bertanya agar mereka tidak begitu sedih, sedangkan aku sendiri meskipun begitu sedih mencoba untuk tidak memperlihatkan kesedihanku dihadapan mereka.“lalu Om kemana tante?” tanyaku, “Om lagi ngurusin Administrasi sama Ambulance untuk membawa Mila pulang.” Jawabnya. Aku pun berbicara beberapa kalimat tentang kebaikan Mila, dan juga penyesalanku beserta permintaan maafku apabila berbuat salah pada Mila.”enggak apa-apa ko ga, malah tante yang minta maaf kalau Mila berbuat salah sama kamu”. “Oh enggak ko tante, Mila orangnya baik, Mila gak pernah berbuat salah sama rangga” aku pun ikut bersedih mengingat semua kebaikan Mila.
Setelah berbicara dengan ibunda Mila, akupun bergegas menuju Rina, dengan beberapa hal yang Ingin kku tanyaka. Kulihat Rina tertenduk lesu sama sepertiku tak bias menerima apa yang terjadi.
“Rin” ucapku.
“Ia ga?” jawab Rina.
“Kamu tau gimana kejadiannya, sampai Mila kecelakaan?” tanyaku
“Ia ga, soalnya tadi aku sepulang kuliah pergi bareng sama Mila” jawabnya.
“emang kemana?” tanyaku lagi.
“Aku tadi di ajak Mila buat beli kado untuk kamu, katanya besok kamu ulang tahun ya ga?” jawab Rina dengan menerangkan.
‘Ia, tapi kenapa ko Mila bias ampe kecelakaan gitu?’ tanyaku dengan heran.
“tadi, sebelum Mila tertabrak kami berdua nyebrang keluar dari Mall, tetapi setelah hampir sampe disebrang Mila balik lagi buat ngambil kadonya, yang terjatuh karena takut terlindas Truk. Sayang sebelum Mila meraih kadonya Truk dengan cepat menabrak Mila hingga tubuh Mila terpental jauh, lalu aku pun segera menelpon Ambulance untuk segera membawa Mila ke rumah Sakit agar bisa terselamatkan, dan setelah di Rumah sakit keadaan mila keritis dan Akhirnya tak bias tertoloh” Jelas rina.
“Kenapa, kenapa ga dibiarin aja kadonya? Padahal aku gak pernah ngeharepin apaun hadiah dari dia” jawabku sambil merasa bersalah.
“Oh ia ga, ini kado yang mau dikasih Mila sama kamu, katanya kamu udah lama banget pengen Jaket yang kayak gini, tapi katanya uang kamu belum cukup” ucap rina sambil memberikan kado terakhir dari Mila.
Setelah melihat apa yang diberikan Mila, aku pun merasa tambah bersalah, atas apa yang aku inginkan beberapa bulan lalu. Aku pun kemudian berlari menuju kamar mayat untuk melihat Mila, namun karena Lampunya tidak dinyalakan aku pun mencari saklar listrik dengan hp. Setelah saklar ku temukan disisi dingding, lalu aku nyalakan lampu diruangan tersebut. Tapi aku yang masih bersedih terkejut melihat Mila membawa sebuah kue dikelilingi lilin beserta teman-temanku, disaat itu pula ada ayah Mila yang ikut mengucapkan ulang tahun kepadaku, Rina beserta Ibunda Mila dan Suster pun masuk dan tertawa melihat ekspresiku yang kelihatan masih bingung. Mila pun lalu mendekatiku dan berkata “Maaf ya bi.. udah buat abi khawatir”. Akupun sedikit malu, namun senag karena orang yang kusayang tak lagi hilang dan pergi untuk selamanya, “ia gak apa-apa, tapi kamu jangan kayak gitu lagi, abi takut kalau tadi tuh bener terjadi sama amy” aku pun mengusapkan tanganku ke atas kepalanya lalu mengecup sedikit keningnya, sebagai tanda sayangku.heheheheeee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar