Sejarah sebagai rumpun ilmu social memang menjadi alasan banyaknya teori yang dikedepankan, tapi bukan berarti bahwa sejarah menekankan teori dan kosong aplikasi. Hal tersebut terbukti dengan sering dilakukannya praktek lapangan oleh mahasiswa SPI (Sejarah dan Peradaban Islam) UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada setiap pertengahan dan akhir semester. Mereka ditugaskan untuk meneliti hal-hal kesejarahan yanga ada di lingkungan masyarakat. Karena focus ilmu Sejarah adalah mengkaji hasil kebudayaan manusia masa lampau, maka kajiannya pun berupa peninggalan-peninggalan Sejarah, baik itu artefak, ekofak, maupun feature.
Praktek lapangan dilakukan supaya mahasiswa yang bergelut dalam bidang Sejarah tidak hanya akrab dengan teori, tapi juga mahir aplikasi. Banyak mata kuliah utama jurusan SPI yang memprioritaskan praktek lapangan, seperti Sejarah Kebudayaan Indonesia, Sejarah Islam Indonesia, Museulogi, Arkeologi, dan lain-lain. Adanya praktek-praktek lapangan tersebut tentu akan menghapus anggapan bahwa belajar Sejarah seperti mendengarkan dongeng karena penuh dengan teori.
Selain itu pula, dengan berhadapan langsung dengan alam, mahasiswa akan mengetahui hal yang sebenarnya disuguhkan alam dan peninggalannya. Alam akan mengajarkan manusia tentang kehidupan manusia di masa lampau. Dengan demikian, mahasiswa akan mengambil pelajaran yang akan didapatkan melalui pengkajian hasil budaya masa lampau untuk memperbaiki kehidupan manusia di masa yang akan datang. Sebagaimana salah satu pemikiran Jules Michelet bahwa “History is unity live” (Sejarah adalah persatuan kehidupan), yakni Sejarah masa lalu akan dijadikan pijakan untuk masa sekarang yang sedang kita jalani, dan masa depan yang akan kita tempuh.
“Less talk, do more!” juga harus diperhatikan oleh mata kuliah lain yang mempunyai peluang untuk bisa mengaplikasikan teori. Jadi, tidak hanya akrab dengan teori, tapi juga aplikasi. Hal tersebut lah yang harus diperhatikan.